Bismillahirrahmanirrahim.
Seperti tahun kemarin saat ini kembali kondisi menjadikannya zero.
Biasalah klo anak2 sudah bayar SPP semester buat kuliah Alhamdulilah.
Hari ini saya tahu tak sepeser pun wujudnya duit itu mampir di dompetku.
Dan saya pun tahu kebutuhan harian pun akan berjalan setiap harinya. Empay anak sudah aman, ke 4 anak saya pun sudah memdapatkan jatah hariannya dan berangkat ke sekolah dengan wajah ceria. Guna mencari ilmu dan berharap mendapatkan derajat yang lebih tinggi dari Allah SWT.
Tiba2 sulung kesayanganku muncul minta tambahan uang untuk beli buku katanya.
Subhanallah Bagaimana ini, dompet belum terisi tapi ya sudahlah pasti Allah punya rencana yang lebih indah setelah ini, saya memintanya makan bersama dengan temannya sambil berharap ada keajaiban diantara jeda waktu sarapan dan berangkat ke kampus. Sambil terus menjual kue dan terus berdoa pada Allah Yang Maha Kaya. Menunggu sambil kulihat suapan demi suapan anak sulung.
Ya Allah tersisa berapa suap... Dan,
Seorang ibu cantik turun dari mobilnya lalu berkata pada saya,
" bu, Tolong kuenya dibungkus semua ya.."
"kue yang mana bu ?" tanya ku.
" Semuanya bu Sekalian sama nasi kuningnya..".
Subhanallah. Sekejap saja Allah memenuhi kebutuhan ku dan kebutuhan kuliah anakku
Tetesan air mata bahagia pun mengalir membasahi pipi ini tanpa bisa dibendung lagi.
Terima kasih ya Allah. Dan bersamaan dengan itu sulungku pun meminta jatah harian dan pembayaran tambahan kuliahnya. Alhamdulillah.
Sekali lagi terima kasih ya Allah...
Inilah kisah doa doa yang dikabulkan. Kisah rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka.
Berawal pada 6 tahun yang lalu saya hidup di lingkungan yang mayoritas penduduk tiong hoa.
Saat masih numpang di rumah Dinas, jangankan suasana Islami, Adzan pun nyaris tak terdengar dan kami merasa sedih karena tidak merasakan ketenangan jiwa sama sekali.
Setiap saya berdoa saya meminta supaya di beri jalan untuk dapat rumah dekat masjid agar selalu mengingatkan saya dan keluarga akan waktu sholat dan tepi jalan agar keluarga jauh kami (kebetulan keluarga kami jauh semua) nyaman berkunjung ke tempat kami jadi tidak perlu masuk gang lagi.
Dengan tekanan2 yang luar biasa suami saya mencari rumah yang sesuai keinginan kami.
Tentu rumah yang sesuai kemampuan ekonomi kami dan sudah berapa lokasi di lihat tapi harga tidak terjangkau oleh kami. Ada rasa kecewa di hati dan 5 tahun yang lalu ada kawan suami menawarkan rumah sangat sangat sederhana dengan posisi tepi jalan tapi harga bersahabat dengan kantong kami. Biarpun agak jauh dari lokasi kerja suami kami puas karena Allah mengabulkn doa kami.
Rumah kami 100 meter dari masjid. Alhamdulillah, ya Allah.
Sampai sekarang kami tetap tenang menempati rumah ini. Alhamdulillah.
Saat masih numpang di rumah Dinas, jangankan suasana Islami, Adzan pun nyaris tak terdengar dan kami merasa sedih karena tidak merasakan ketenangan jiwa sama sekali.
Setiap saya berdoa saya meminta supaya di beri jalan untuk dapat rumah dekat masjid agar selalu mengingatkan saya dan keluarga akan waktu sholat dan tepi jalan agar keluarga jauh kami (kebetulan keluarga kami jauh semua) nyaman berkunjung ke tempat kami jadi tidak perlu masuk gang lagi.
Dengan tekanan2 yang luar biasa suami saya mencari rumah yang sesuai keinginan kami.
Tentu rumah yang sesuai kemampuan ekonomi kami dan sudah berapa lokasi di lihat tapi harga tidak terjangkau oleh kami. Ada rasa kecewa di hati dan 5 tahun yang lalu ada kawan suami menawarkan rumah sangat sangat sederhana dengan posisi tepi jalan tapi harga bersahabat dengan kantong kami. Biarpun agak jauh dari lokasi kerja suami kami puas karena Allah mengabulkn doa kami.
Rumah kami 100 meter dari masjid. Alhamdulillah, ya Allah.
Sampai sekarang kami tetap tenang menempati rumah ini. Alhamdulillah.
Pada waktu itu saya masih SMA, karena agenda sekolah tiap tahun adalah wisata ke bali dan wajib diikuti seluruh siswa kelas 2. Karena biayanya diambil dari tabungan tiap bulan,maka tinggal nambah kekurangannya.Disinilah cerita keajaiban dimulai.
Untuk melunasi kekurangan biayanya orang tua saya yang pekerjaannya sebagai pedagang gorengan dengan hasil tak seberapa, berupaya agar anaknya bisa ikut wisata ke Bali layaknya teman-teman sekolah lainnya. Apa yang bisa dijual, dijual... 7 ekor ayam sudah pindah tangan ke pedagang ayam di kampung kami.Terbayar sudah biaya wisata ke pulau dewata.
Selanjutnya kami berfikir keras mencari uang saku untuk bekal selama di Bali.
Lihat di pekarangan ada pisang tapi masih muda, jadi mesti menunggu beberapa minggu lagi siap dipetik, tapi tak apalah lumayan dapat 5 ribu waktu itu. Tinggal nyari tambahannya.
Kemudian kami melirik beberapa pohon kelapa yang ada di pekarangan, ternyata sudah dipetik beberapa waktu sebelumnya untuk bayar listrik, dipaksa saja akhirnya beberapa butir yang masih muda dijatuhkan dan jadi beberapa lembar ribuan. Masih belum cukup untuk waktu 5 hari di Bali paling tidak bawa uang saku 30 ribu, sedangkan uang di tangan hanya ada 10 ribu. Galau...!!!
Antara sedih atau senang, kalau dibilang senang karena mau piknik tapi sedih, perih karena tak punya uang saku. padahal besok pagi sudah berangkat.
Selesai sholat maghrib saya pun berdzikir dan berdoa untuk mengadu kepada Dzat Yang Maha Kaya. Mengadukan segala kesedihan dengan berlinang air mata. Saya tahu kondisi orang tua saya, mereka pun sudah berusaha tapi apa daya, manusia punya batas kemampuan.
Dan hanya Dia yang mampu memberi segalanya. Sambil terus mengalir air mata ini dan bibir yang masih terus memohon,terdengar suara pintu diketuk seseorang. Dan masuklah paman yang selama ini tak pernah peduli dengan kami, tiba-tiba menyerahkan beberapa lembar puluhan ribu kepada orang tuaku sambil berkata, "Ini ada uang untuk bekal piknik anakmu besok".
Subhanallah...saya masih terus berdzikir di dalam kamar.
Allah memberi saat kita butuh bukan disaat kita ingin.
Inilah rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka. Masya Allah.
Untuk melunasi kekurangan biayanya orang tua saya yang pekerjaannya sebagai pedagang gorengan dengan hasil tak seberapa, berupaya agar anaknya bisa ikut wisata ke Bali layaknya teman-teman sekolah lainnya. Apa yang bisa dijual, dijual... 7 ekor ayam sudah pindah tangan ke pedagang ayam di kampung kami.Terbayar sudah biaya wisata ke pulau dewata.
Selanjutnya kami berfikir keras mencari uang saku untuk bekal selama di Bali.
Lihat di pekarangan ada pisang tapi masih muda, jadi mesti menunggu beberapa minggu lagi siap dipetik, tapi tak apalah lumayan dapat 5 ribu waktu itu. Tinggal nyari tambahannya.
Kemudian kami melirik beberapa pohon kelapa yang ada di pekarangan, ternyata sudah dipetik beberapa waktu sebelumnya untuk bayar listrik, dipaksa saja akhirnya beberapa butir yang masih muda dijatuhkan dan jadi beberapa lembar ribuan. Masih belum cukup untuk waktu 5 hari di Bali paling tidak bawa uang saku 30 ribu, sedangkan uang di tangan hanya ada 10 ribu. Galau...!!!
Antara sedih atau senang, kalau dibilang senang karena mau piknik tapi sedih, perih karena tak punya uang saku. padahal besok pagi sudah berangkat.
Selesai sholat maghrib saya pun berdzikir dan berdoa untuk mengadu kepada Dzat Yang Maha Kaya. Mengadukan segala kesedihan dengan berlinang air mata. Saya tahu kondisi orang tua saya, mereka pun sudah berusaha tapi apa daya, manusia punya batas kemampuan.
Dan hanya Dia yang mampu memberi segalanya. Sambil terus mengalir air mata ini dan bibir yang masih terus memohon,terdengar suara pintu diketuk seseorang. Dan masuklah paman yang selama ini tak pernah peduli dengan kami, tiba-tiba menyerahkan beberapa lembar puluhan ribu kepada orang tuaku sambil berkata, "Ini ada uang untuk bekal piknik anakmu besok".
Subhanallah...saya masih terus berdzikir di dalam kamar.
Allah memberi saat kita butuh bukan disaat kita ingin.
Inilah rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka. Masya Allah.
Kerjaan lama saya di perusahaan swasta. Udah nyaman, gaji lebih dari cukup. Sudah menjalani 6 tahun di zona nyaman. Saat kerjaan lama selesai. Usia sudah masuk 29 tahun. Merasakan nganggur bulan ke 2. Galau gulana, bingung mau ngapain. Berfikir keras. Lamar kerjaan, usia udah mendekati kepala 3 yaitu 29 tahun. Merenung di kamar sambil menangis dan berdoa, ya Alloh semoga dalam 2 tahun ke depan saya memperoleh pekerjaan mapan.
Nganggur ke bulan 4, asa recruitmen salah satu BUMN tertua di Indonesia yaitu PT Pos Indonesia. Saya iseng daftar. Nothing to lose.
Alhamdulillah diterima. Management Trainee di bulan ke 5. Benar2 hikmah besar. Bermula dari merenung di kamar sambil menangis dan berdoa, ya Alloh semoga dalam 2 tahun kedepan saya memperoleh pekerjaan mapan. Alhamdulillah mendapat kerjaan yang mapan di bulan 5 nganggur. Alhamdulillah keluarga saya mengajarkan
"JANGAN SAMPAI HUTANG KE BANK, SK JANGAN DI GADAIKAN"
"HIDUP SEADANYA, SEMAMPUNYA".
Didikan Ibu & Bapak saya pegang sampai sekarang.
Di kerjaan saya, PT Pos Indonesia, saya syukuri, tidak ada Riba. Alhamdulillah.
Saya berbicara pada suami saya tentang keinginan untuk kredit rumah seharga 500 juta , saya pikir dengan gaji kami berdua pun cukup jika bisa kredit rumah. Tetapi suami saya bilang kalau hal tersebut riba dan memang ajaran dari keluarga suami adalah membeli tanpa berhutang jadi semua pembelian dengan uang tunai meskipun lama asalkan tunai bagi mereka itu lebih bagus dibandingkan dengan nyicil .
Nah berkebalikan dengan saya karena pikir saya ya sama aja nyicil sama nabung toh nanti ujungnya beli rumah. Nah saya terus coba bujuk rayu ke suami tapi tak berhasil. Dia kekeuh tidak mau mengambil rumah dengan cara kredit. Alih alih dia mau ikut rencana malah saya yang diceramahi panjang lebar tentang riba dan dosanya. saya pun diam ketika itu.
Apa iya riba sedosa itu? Lalu kalau tidak kredit bagaimana saya punya rumah pikir saya.
Tapi kemudian saya berdoa membersihkan niat saya.
berdoa memohon ampun dan pertolongan Allah karena memang Dia-lah sebaik- baiknya penolong.
Saya berdoa seperti ini ,
"ya Rabb, jika memang riba tidak kau perkenankan bagi kami sekeluarga maka jauhkanlah pikiranku untuk membeli rumah dan gantikanlah dengan hal positif lainnya dan jadikanlah lebih bermanfaat bagi kami berdua. Ya Rabb, Engkau Maha Mencukupi maka cukupkanlah kami berdua untuk membeli rumah".
Doa itu saya ulangi dan terus menerus saya berpikir untuk buka usaha. Tapi baru bulan September kami diberikan jawaban. Usaha yang kami rintis dari nol dengan modal Rp 100.000,- bisa kami kembangkan dan berjalan sangat bagus. Pundi pundi uang pun terkumpul dan Haqqul Yaqin kami bisa membeli rumah tanpa riba. Kun Fayakun saya percaya itu.
Inilah kisah doa yang dikabulkan oleh Allah Swt . Doa bagaimana cara membeli rumah tanpa riba
Baca juga kisah yang lainnya KISAH DOA YANG DIKABULKAN Bag.29